Meminta maaf dan memaafkan ternyata sulit, tidak semudah mengucapkannya. Ada banyak orang yang masih bermasalah dengan kata maaf. Gengsi, jaga image, malu bahkan sampai ada yang merasa tidak perlu meminta maaf karena merasa memiliki kedudukan yang lebih tinggi.
Hidup dalam dunia yang kompleks dengan berbagai aktivitas dan kepentingan tentu saja menjadi pemandangan yang biasa bila timbul benturan atau perselihan.
Kemacetan lalu lintas, kesalah-pahaman, merasa diperlakukan tidak adil atau kekesalan lainnya dalam kehidupan sehari-sehari dapat menyebabkan orang menjadi gampang marah.
Sadar atau tidak, kerapkali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal yang baik dalam hidup ini, jalanan yang selalu lancar, karier yang mulus karena merasa telah bekerja keras, kesuksesan. Bahkan berharap agar para sahabat/teman memperlakukan kita sesuai dengan keinginan kita. Ketika yang diterima justru sebaliknya, maka timbul kekecewaan dan rasa marah karena merasa diperlakukan tidak adil.
Dalam realita kehidupan adalah hal yang wajar bila sesekali kita merasa marah atau menghadapi kemarahan orang lain, yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mengontrol atau mengendalikan rasa marah tersebut agar tidak menimbulkan hal-hal yang akan disesali dikemudian hari. Seandainya ada perbuatan kita yang melukai orang lain maka sudah selayaknya kita segera meminta maaf, dan sebaliknya kita cenderung akan marah bila merasa tersakiti, tetapi kalau orang tersebut meminta maaf akankah kita tetap mengeraskan hati untuk tidak menerimanya ?
Seseorang yang mau meminta maaf ataupun memaafkan berarti ia mempunyai hati yang terbuka, hati yang memasang telinga dan hati yang mau menerima.
Jadi masihkah meminta maaf dan memaafkan itu hal yang sulit ?